Rantai pasok merupakan rangkaian aliran barang, informasi dan proses yang digunakan untuk mengirim produk atau jasa dari lokasi sumber, yakni pemasok ke lokasi tujuan, ke pelanggan atau pembeli.
Sistem rantai pasok bukan merupakan rantai tunggal, namun berupa jaringan rumit yang saling terkoneksi satu sama lain, yang bekerja untuk menjadikan pangan tersedia bagi konsumen, dimulai dari titik produsen dan dari titik ini bahan pangan akan bergerak menuju berbagai metode pengolahan selanjutnya.
Produk hasil unggas memiliki kaitan langsung atau risiko terhadap kesehatan dari setiap konsumen yang mengonsumsinya, dan hal itulah yang yang membedakan rantai pasok produk pangan asal unggas dengan rantai pasok produk lainnya.
Produk hasil unggas yakni daging, telur dan produk hasil olahannya termasuk dalam kategori rantai pasok pangan segar dan olahan, dengan karakterisik utama produk hasil ternak yakni nilai gizi yang tinggi, mudah rusak, umur simpan terbatas, dan sangat tergantung pada rantai pendingin.
Menghadapi produk dengan karakteristik seperti itu, sangat diperlukan adanya rantai nilai (value chain) yang spesifik. Pada prinsipnya, rantai terbentuk dari manajemen rantai pasok yang diikuti dengan penciptaan nilai dan pemindahan barang mulai dari bahan baku hingga menjadi barang jadi yang dibutuhkan pelanggan, akan membentuk rantai nilai (value chain).
Tiga ciri kencederungan rantai nilai pangan (food value chain) yang terjadi saat ini yakni
pertama,
jumlah peternakan, industri pangan dan distributor yang semakin berkurang, namun ukuran atau kapasitasnya jauh lebih besar.
kedua,
terjadi perubahan yang pelan namun pasti (evolusi) dalam rantai pasok yang lebih mengintegrasikan produsen dengan pemangku kepentingan lainnya.
ketiga,
meningkatnya tuntutan konsumen akan pangan yang aman dan berkualitas, yaitu pangan yang segar, mudah dikonsumsi, bergizi tinggi dan aman untuk kesehatan serta memperhatikan aspek kesejahteraan hewan (animal welfare).
Perbedaan mendasar antara rantai pasok produk hasil unggas sebagai produk pangan dengan rantai pasok lainnya terletak pada adanya perubahan yang terus-menerus dan signifikan terhadap kualitas produk pangan di seluruh rantai pasok hingga pada titik akhir produk tersebut dikonsumsi.
Pada rantai pasok tersebut, produk dari ternak hidup digunakan sebagai bahan baku dalam menghasilkan produk-produk pangan yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi karena memiliki karakter mudah rusak, maka proses pengawetan dan pendinginan akan memperpanjang masa guna (shelf life) dari produk pangan yang dihasilkan.
Penanganan yang khusus ini dapat ditemukan di pasar modern, yang telah menyediakan alat pendingin (chiller), yang memperlambat proses penurunan mutu produk serta memperpanjang umur produk (masa guna) produk yang menjadi lebih lama.
Sedangkan untuk produk pangan yang melalui proses pembekuan, akan mendapat penangan yang khusus dalam suatu rantai pendingin (cold chain) pada setiap tahapan, dan membutuhkan ruang penyimpanan khusus yang bersuhu lebih rendah dari -18 0C.